Tips Mengatur Keuangan Agar Kamu Tidak Terjerat Pinjol Ilegal

Dewasa ini, perkembangan teknologi yang semakin cepat berpengaruh juga terhadap bidang keuangan, salah satunya adalah makin maraknya penyedia jasa pinjam uang online atau pinjol. Pinjol acap kali menjadi jalan pintas bagi mereka yang terdesak dengan kondisi perekonomiannya. Tak sedikit juga pinjol ilegal yang menawarkan kemudahan dalam mendapatkan pinjaman dengan cara instan. Padahal, modal KTP yang dijadikan syarat peminjaman bisa saja digunakan dengan tidak bertanggung jawab oleh penyedia pinjol tersebut. Otoritas Jasa Keuangan atau OJK mencatat terdapat 3.903 laporan tentang pinjol ilegal selama periode 1 Januari hingga 29 Mei 2023, dengan nilai hingga Rp51,46 triliun. Per Februari 2023, OJK mencatat ada 85 pinjol ilegal dan 102 pinjol legal.

Peminjaman uang dengan sistem fintech lending ini banyak dimanfaatkan masyarakat terutama untuk kelompok yang tidak memiliki akses layanan perbankan atau lembaga sejenisnya. Tidak sedikit pula yang terlena dengan kemudahan yang diberikan bahkan menjadi terperangkap, tidak bisa lepas dari jeratan dan berakhir dengan gali lubang tutup lubang. Berikut delapan tips agar kalian tidak terperangkap jerat pinjol ilegal.

1. Buatlah Perencanaan Keuangan yang Baik

Setiap permasalahan keuangan sebagian besar disebabkan karena kurangnya perencanaan keuangan yang baik. Perencanaan keuangan sangat penting keberadaannya. Dengan membuat perencanaan keuangan, kita dapat memetakan secara tepat dan rinci jumlah penerimaan dan kebutuhan kita sehingga pengeluaran lebih teratur. Perencanaan keuangan dapat dimulai dari membuat rencana anggaran, membuat catatan keuangan, menyisihkan dana untuk dana darurat dan menabung, bahkan hingga kebutuhan untuk investasi.

2. Tingkatkan Literasi Keuangan

Masyarakat perlu untuk mengetahui bagaimana mengelola uang dengan baik. Namun bukan hanya itu, setelah mengetahui ilmu tentang mengelola keuangan, menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari juga tak kalah penting. Dengan literasi keuangan yang mumpuni, kita bisa lebih memahami mana kebutuhan dan keinginan sehingga mampu memilih dan memilah mana prioritas bagi diri kita sendiri.

3. Atur Sesuai Skala Prioritas

Biasakan membelanjakan uang kita berdasarkan skala prioritas yang dibuat sebelumnya. Penyusunan skala prioritas dengan mendahulukan kebutuhan daripada keinginan. Kebutuhan seperti uang makan, uang sewa rumah, biaya transportasi, listrik, dan lain sebagainya akan berada di daftar atas, sedangkan anggaran untuk staycation, nonton konser, atau skincare akan berada di bawahnya.

4. Pilih Produk Investasi dan Tabungan dengan Tepat

Penting bagi kita untuk melakukan investasi sejak dini. Ketika ada idle cash, jangan ragu untuk melakukan investasi. Selain untuk dapat mempercepat financial freedom, investasi juga dilakukan karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, baik itu inflasi atau hal buruk lainnya yang mungkin tidak kita inginkan. Pilih investasi yang sesuai dan memang kita ketahui ilmu serta risikonya, bukan karena ikut-ikutan. Perlu diketahui bahwa investasi banyak bentuknya, mulai dari emas, saham, hingga reksadana. Pilih yang memang cocok dengan diri kita.

5. Jangan FOMO

Dalam data Fintech P2P Lending OJK, disebutkan bahwa 60% pinjaman disalurkan pada nasabah dengan usia 19-34 tahun (Gen X dan Y). Hal ini tidak mengherankan karena adanya sifat FOMO atau fear of missing out, perasaan takut tertinggal tren kekinian di kalangan anak muda yang memang banyak dirasakan saat ini. Media sosial dan lingkungan pertemanan menjadi penyebab hadirnya sifat FOMO ini. Tak sedikit anak muda yang malah terjebak, sebagai contoh adanya konser yang membuat kalangan anak muda ingin melihatnya padahal tidak memiliki uang dan berujung memilih pinjol ilegal sebagai jalan keluar yang membawanya menuju kesesatan. Apalagi dengan mudahnya syarat untuk meminjam, membuat generasi muda tak berpikir panjang tanpa perencanaan yang matang. Hindari mengambil keputusan karena ikut-ikutan.

6. Hindari Window Shopping

Menurut Cambridge Dictionary, window shopping adalah kegiatan menghabiskan waktu untuk melihat-lihat produk yang dipajang pada etalase toko tanpa berniat membelinya. Saat ini, window shopping tidak hanya dilakukan di mal atau tempat perbelanjaan lainnya, namun juga bisa dilakukan hanya dengan menatap layar gawai kita. Banyaknya e-commerce yang tersedia membuat kegiatan window shopping menjadi kegiatan yang mengasyikkan bagi sebagian orang sebagai hiburan. Namun, hal tersebut juga membawa beberapa hal yang kurang baik, di mana sifat konsumtif bisa meningkat. Kita menjadi ingin membeli barang yang mungkin tidak kita butuhkan. Mudahnya pembayaran menggunakan fasilitas checkout atau paylater juga menjadi pisau bermata dua yang harus kita waspadai.

7. Pinjamlah Hanya untuk Kebutuhan yang Produktif Bukan Konsumtif

Kenali lebih dahulu bagaimana kondisi keuangan kita, sehingga kita dapat memutuskan apakah langkah yang tepat jika meminjam uang. Melakukan pinjaman diperbolehkan selama masih pada batas kemampuan kita, biasanya ada batas maksimal sekitar 30% dari pendapatan kita yang masih bisa dikatakan sebagai pinjaman yang diperbolehkan. Selain itu, baiknya pinjaman tersebut digunakan untuk hal yang sifatnya produktif, seperti untuk modal usaha atau membeli peralatan untuk usaha, dan lain sebagainya. Bukan digunakan untuk hal yang sifatnya konsumtif seperti liburan, nonton konser, dan sebagainya.

8. Hindari Gali Lubang Tutup Lubang

Utamakan untuk membayar utang yang ada ketika kita memperoleh gaji. Hindari untuk membayar utang dengan utang lainnya jika tak mau terlilit pusaran utang. Hal ini tidak menyelesaikan masalah namun akan membuat masalah baru.

Melakukan pinjaman bukanlah hal yang dilarang selama itu untuk hal yang produktif dan bisa dikelola dengan baik. Namun, akan lebih baik jika kita bisa mengatur keuangan kita dengan baik sehingga tidak perlu melakukan pinjaman, apalagi terjerat dalam lingkaran pinjol ilegal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *